“ SI HIJAU vs SI MERAH ”
ATI (ATI Technologies Inc) adalah perusahaan desainer dan pemasok utama dari unit pemrosesan grafik dan chipset motherboard. Pada tahun 2006, perusahaan ini diakuisisi oleh Advanced Micro Devices (AMD) dan berubah namanya menjadi AMD Graphics Product Group, walaupun begitu, nama ATI tetap digunakan untuk menamai kartu grafis mereka.
Salah satu produk paling terkenalnya adalah kartu grafis seri Radeon yang selalu bersaing dengan perusahaan kartu grafis lainnya yaitu NVIDIA yang mengeluarkan seri GeForce.
NVIDIA Corporation (NASDAQ(graphics processing unit), kartu grafis, dan media dan alat-alat komunikasi untuk komputer pribadi, dan konsol permainan Sony Playstation 3. Produk paling terkenal dari NVIDIA adalah seri GeForce yang digunakan untuk bermain permainan komputer. Markas utama NVIDIA berada di Jalan Bebas Hambatan San Tomas, Santa Clara, California. Seri terbaru NVIDIA adalah GeForce GTX 280 yang telah menggunakan directX versi 10. Perusahaan saingan terberat NVIDIA adalah ATI yang mengeluarkan seri Radeon. Pada 2001, perusahaan ini meraih pemasukan AS$1,37 miliar dan pendapatan bersih AS$177,1 juta.
PERTEMPURAN ATI VS NVIDIA
Di
mata para gamer hanya ada 2 produsen chip grafis yang mereka lirik,
yaitu Nvidia dan ATI. Baik Nvidia maupun ATI memiliki penggemarnya
sendiri. Para fans ATI selalu menganggap bahwa kualitas gambar yang
dihasilkan videocard ATI lebih baik dibanding Nvidia. Sedangkan di kubu
Nvidia, penggemarnya menyatakan sebaliknya. Betulkah kualitas gambar
videocard ATI saat ini lebih baik daripada Nvidia? Simak perbandingan
detail berikut ini….
Anggapan mengenai lebih
buruknya kualitas gambar videocard Nvidia sebenarnya muncul di tahun
2003, tepatnya ketika Nvidia meluncurkan seri Geforce FX seri 5000 yang
notabene sebuah blunder fatal yang tercatat sebagai sejarah hitam di
perjalanan karir Nvidia. Buruknya kinerja Geforce FX saat itu membuat
Nvidia melakukan trik untuk meningkatkan kinerja dengan menurunkan
kualitas gambar. Hal ini justru semakin memperburuk reputasi mereka dan
membuka peluang bagi ATI untuk merebut singgasana. Saat itu chip grafis
andalan ATI yaitu Radeon seri 9000 terbukti mampu mengalahkan Geforce FX
dalam kinerja maupun performa. Di saat itulah anggapan bahwa kualitas
gambar videocar ATI lebih baik daripada Nvidia mulai tertanam di hati
sanubari para gamer.
Namun kini 3 tahun
telah berlalu, dan Nvidia telah melewati mimpi buruknya. Dimulai dari
peluncuran Geforce seri 6000 yang membanggakan Shader Model 3, Nvidia
mulai berusaha mengalahkan ATI dalam hal kualitas gambar. Di era 2005,
Geforce seri 6000 mampu menoreh keunggulan dalam hal dukungan Shader
Model 3 dibanding ATI X300/700/800 yang saat itu belum mensupport fitur
tersebut.
Sadar akan kelemahan terserbut, di
tahun 2006 ATI akhirnya juga memberikan dukungan Shader Model 3 di seri
X1000 mereka, sehingga potensi bagi videocard Nvidia dan ATI untuk
menghasilkan kualitas gambar yang baik kini sama.
Menyadari
hal itu, Nvidia sebagai produsen chip grafis no. 1 tentu tak mau
tinggal diam. Serangkaian cara mereka lakukan untuk lebih unggul
dibanding ATI. Bila di era 2003 mereka melakukan trik penurunan kualitas
gambar yang berujung menjadi sebuah blunder fatal, kini mereka mencari
cara lain yang lebih cerdas untuk mengalahkan kualitas gambar videocard
ATI. Cara tersebut adalah dengan berkonspirasi bersama para game
developer untuk menjatuhkan ATI.
Sebagai
produsen chip grafis no.1, Nvidia memiliki segudang uang untuk
diselipkan di celah-celah kantong para programmer & game developer.
Dengan begitu game buatan mereka akan berpihak ke kubu Nvidia. Atau
dengan kata lain kualitas gambar game tersebut akan menjadi lebih buruk
bila dijalankan pada videocard ATI.
Nvidia
cukup serius dalam menjalankan strategi konspirasi ini. Bahkan mereka
mempropagandakan strategi ini sebagai TWIMTBP (The Way It’s Meant To Be
Played).
Bila sebuah game menyandang logo
TWIMTBP, berarti game tersebut dibuat dengan campur tangan Nvidia di
dalamnya, dan sudah dipastikan kualitas gambar / kinerja terbaik hanya
akan didapat bila menggunakan videocard Nvidia. Secara logika saja,
tentu mustahil bila sebuah game yang disponsori Nvidia ternyata
tampilannya sama baiknya bila menggunakan ATI.
Para
fans ATI sering berdalih bahwa masalah kompatbilitas/kualitas gambar
pada beberapa game adalah masalah driver yang dapat dihilangkan dengan
update driver ATI Catalyst, mereka tak menyadari bahwa problem tersebut
sebenarnya adalah problem yang berasal dari gamenya dan sengaja dibuat
oleh game developernya bagi pengguna ATI. Jadi update driver ATI tidak
akan memperbaiki problem tersebut.
Tampaknya
strategi konspirasi ni dianggap cukup berhasil oleh Nvidia, sehingga
mereka kian hari kian agresif dalam merangkul para game developer.
Hingga saat ini, nyaris 90% game yang beredar di pasaran dibuat dengan
campur tangan Nvidia di dalamnya.gapan mengenai kualitas gambar
videocard ATI lebih unggul daripada Nvidia pupus sudah. Dalam
prakteknya, kualitas gambar pada image videocard ATI terlihat lebih
buruk dan bermasalah di banyak game.
Hal ini
sebenarnya bukan karena ketidak becusan ATI membuat chip grafis, namun
karena kelihaian Nvidia dalam menggandeng game developer untuk
mensabotase kualitas gambar videocard ATI di banyak game.
Apakah sabotase yang dilakukan Nvidia merupakan kecurangan?
Di
mata konsumen, tindakan yang dilakukan oleh Nvidia bukanlah sebuah
kecurangan. Sebab konsumen tetap mendapat kualitas gambar terbaik bila
menggunakan videocard Nvidia. Nvidia juga sudah memperingatkan di awal
game dengan adanya logo atau peringatan bahwa tampilan terbaik hanya
akan didapat bila menggunakan videocard Nvidia.
Jadi
bila ada pengguna videocard ATI yang kecewa karena “rusaknya” kualitas
gambar, itu karena salah mereka sendiri kenapa tidak menggunakan
videocard Nvidia untuk bermain game tersebut.
Strategi CEO : Kongkalikong ala asia akhirnya mengalahkan asah otak ala barat
Dalam
persaingan kualitas gambar, Nvidia terlihat jauh lebih cerdas &
smart dibanding ATI. Di saat para insinyur ATI kerja lembur &
banting tulang di dalam lab yang sunyi untuk meningkatkan keunggulan
kualitas grafis, para team Nvidia mengajak makan malam para game
developer untuk bersama-sama menjatuhkan ATI.
Jamuan
makan malam dan berbagai suguhan kenikmatan lainnya membuat para game
developer akhirnya rela melakukan apa saja untuk menjatuhkan ATI.
Konspirasi
dengan game developer tampaknya merupakan strategi jitu yang dilakukan
sang CEO sekaligus pendiri Nvidia yaitu Jen-Hsun Huang.
Dengan
konspirasi Nvidia bersama game developer, maka sehebat apapun ATI
berinovasi untuk meningkatkan kualitas grafis videocard mereka, hasilnya
tetap akan sia-sia saja karena game yang dirilis ternyata tidak
memanfaatkan keunggulan yang dimiliki videocard ATI, bahkan kualitas
gambar pada videocard ATI malah sengaja diturunkan dengan munculnya
berbagai problem.
Dalam perang kualitas
gambar, ATI menggembar-gemborkan keunggulan Radeon seri X1xxx dibanding
Geforce seri 7 dalam hal kemampuan menjalankan FSAA+HDR secara
berbarengan. Sekalipun penggunaan FSAA+HDR akan menurunkan performa
secara signifikan sehingga hanya layak diterapkan pada videocard 2 juta,
namun Nvidia tentu mewaspadai keunggulan ATI dalam hal ini. Oleh karena
itu beberapa game sengaja dirancang (atas pesanan Nvidia) agar tidak
bisa menjalankan FSAA+HDR secara berbarengan sekalipun menggunakan ATI
X1xxx (misal: Splinter Cell Chaos Theory). Tak hanya itu saja, beberapa
game ternyata juga mampu menjalankan FSAA+HDR sekalipun menggunakan
Geforce seri 7 (misal: Half Life 2, NFS Most Wanted). Di sini terlihat
bahwa keunggulan fitur hardware dapat dimentahkan oleh design
programming game. Melalui design programming game itulah Nvidia bersama
pembuat game menurunkan (mensabotase) kualitas gambar pada videocard
ATI.
Disini terbukti bahwa kenggulan teknis mampu dikalahkan oleh strategi bisnis.
Pepatah
lama di dunia balap jalanan mengatakan: “Tidak perlu repot-repot
merancang mobil paling cepat bila anda tahu cara jitu untuk menggembosi
ban mobil lawan”
intinya '' kedua kualitas ATI RADEON dan NVIDIA sama baik"
Free Template Blogger collection template Hot Deals SEO
0 komentar:
Posting Komentar